Wednesday, November 29, 2006

Form is Temporary but Class is Permanent!

18.01 waktu Cauflield:
+61427042290: my.monash: S2 Results: AFF4281 D 70, AFF4020 D 78, AFF5120 HD 81, AFF5150 HD 97. Well done! Alhamdulillah, nilai semester 2 ku sesuai harapan. Sejujurnya, aku menargetkan dapat 3HD, tapi nilai AFF4020 (Adv. Management Accounting) meleset tipis 2 poin saja. Namun aku tetap bersyukur, terlebih lagi 2 mata kuliah 'maut' AFF5120 (Adv. Audit) bisa dapat HD dan bahkan AFF5150 (Financial Reporting Issues) bisa dapat 97, alias hampir sempurna (100). Hasil ini jelas membawa aku melewati batas 70%, sehingga jalanku mulai ada sedikit kejelasan. Esok atau lusa, aku akan berdiskusi dengan petinggi2 jurusanku mengenai nasibku lebih lanjut.

Untuk semua yang meragukanku,
Untuk sebelah mata yang memandangku,
Untuk sebuah idealisme yang takkan pernah mati,
Untuk perjuangan yang tak pernah putus,
Untuk suara dan detak asa yang selalu mendorongku,
Untuk malam-malam dingin yang terlewati dengan keresahan,
Untuk teka-teki mimpi yang tak kunjung terjawab,
Untuk badai dan kerikil di jalan yang setapak ini,
Hasil ini untuk KALIAN...

Kok Bingung?

Ini cerita soal kegundahan hati, bukan pesimisme.

Saat selesai kuliah di Yogya Saya ingin segera bekerja. Saat sudah bekerja, Saya ingin mendapat pekerjaan yang lebih baik, bisa memberikan gaji yang memuaskan dan menawarkan jenjang karir yang lebih baik. Saat mendapatkan pekerjaan tersebut, Saya lantas menyadari bahwa dunia kerja sesungguhnya penuh dengan rutinitas dan birokrasi yang memenjarakan naluri intelektualitas. Selanjutnya Saya berpikir untuk membebaskan naluri itu dengan cara belajar lagi ke jenjang yang lebih tinggi. Saat Saya mendapatkannya, tiba-tiba Saya menjadi bingung...

Saat ini Saya mengibaratkan diri Saya sedang berada di menara gading yang indah dan mempesona. Saya hidup dalam ruang mimpi dan kenyamanan. Naluri intelektualitasku dimanjakan, fasilitas pendidikan yang Saya dapatkan membawa fantasi ilmuku ke nirwana dan diskusi-diskusi yang ada mengenyangkan jiwaku yang lapar akan pengetahuan. Tapi, tiba-tiba Saya menjadi bingung...

Kebingungan itu dipicu oleh diskusi rekan2 ku di milis AusAid Monash tentang jargon 'masyarakat salah insentif' (disincentive society)- (tolong koreksi istilah ini, kayaknya kok janggal yah-red). Seorang rekan (Akbar-yang notabene juga rekan saya di FE UGM dulu-red) mendefinisikannya sebagai berikut "masyarakat di mana struktur reward dan punishment-nya begitu buruk sehingga setiap orang di dalam masyarakat tersebut "dipaksa" untuk melakukan sesuatu yang sebenarnya dalam kerangka masyarakat secara keseluruhan justru merugikan". Ia memberi contoh jargon tersebut dengan sangat cerdas antara lain:
-Sekolah pinter= baik. Tapi kalau sekolah pinter gak dapat pekerjaan, kalah sama yang gak sekolah tapi punya link kekuasaan, jadi percuma -> gak usah sekolah pinter2, cari link saja.
-Tidak menyuap= baik. Tapi kalau tidak menyuap, jadinya kalah tender sama yang nyuap, walaupun tawaran bagus -> gak usah bagus2 bikin proyek, duit yang untuk beli material dipake nyuap aja.
- Auditor bilang jujur= baik. tapi kalau bilang jujur malah jadi masalah -> gak usah cari penyakit lah..
- Polisi nangkep pelaku illegal logging= baik. tapi kalau nangkep trus malah mati sendiri atau dimusuhi atasan->gak usah macam2lah...
-Mengajak pejabat ke masjid itu baik. tapi kalau yang diajak ke masjid justru menggunakan itu untuk kampanye-> gak usah ngajak ke masjid
dan seterusnya.

Kebingunganku tingkat kultur di atas, semakin diperparah dengan kebingungan ditingkat ekonomi yaitu jumlah pengangguran terdidik di Indonesia yang terus menerus meningkat tajam (berdasar ekstrapolasi 'pengangguran tersamar' Mas Ikhsan di sini, jumlahnya bisa mencapai 1,6 juta). Kalo sudah begini, persiapan matang harus aku lakukan sebelum tiba saatnya pulang kembali ke Indonesia nanti. Dengan kata lain, kalo ada lowongan pekerjaan di Indonesia nanti, jangan ragu untuk bagi-bagi ke Saya yah...hehehe. Namun, apapun itu, pulang ke Indonesia adalah pilihan paling paling bijak untuk saat ini. Terakhir, doakan Saya supaya cepat hilang dari kebingungan ini.

Thursday, November 23, 2006

Kenapa Ada Audit? Penjelasan Dari Sisi Permintaan

Banyak orang yang berpikir bahwa audit terhadap laporan keuangan perusahaan timbul, karena ada keharusan dari regulator atau dengan kata lain audit dilakukan karena disyaratkan peraturan tertentu. Namun, bukti empiris menunjukkan bahwa tuntutan dari regulator bukanlah faktor yang menentukan kebutuhan akan audit.
Chow (1982) mendokumentasikan bahwa pada tahun 1926, sebelum adanya peraturan yang mengharuskan perusahaan melakukan audit terhadap laporan keuangannya, 82% dari perusahaan yang listed di bursa saham New York, secara sukarela telah menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit. Lalu, faktor apa yang menentukan kebutuhan akan audit? Sedikitnya ada 3 teori yang dapat menjelaskan hal tersebut.

Selengkapnya

Sunday, November 19, 2006

Transaksi Spin-Off Lapindo: Ada Udang di Balik Lumpur?

Panasnya lumpur Lapindo ternyata mulai menyentuh diskusi seputar corporate finance, setelah sebelumnya berputar di sekeliling isu corporate social responsibility, yang mana Lapindo telah gagal memberikan tanggung jawab sosial yang memadai terhadap lingkungan sekitar. Hal ini terkait dengan rencana spin off (pemisahan anak usaha lewat penjualan kepemilikan) Lapindo Brantas Inc dari perusahaan induknya PT Energi Mega Persada (EMP) Tbk.

Selengkapnya

Saturday, November 18, 2006

Ada Yang Punya Obatnya Gak?

Setiap baca koran atau majalah, kolom olah raga adalah bagian pertama yang Saya baca, apalagi kalo bukan mencari berita soal sepakbola. Di internet, semua informasi soal sepakbola dalam dan luar negeri, selalu Saya lacak: detiksport, tribalfootball, the sun, the times, the world game, uefa.com, fifa.com dan berbagai website tim-tim sepakbola di berbagai liga.

Setiap Rabu dan Kamis subuh, Saya juga selalu bangun lebih awal, demi menyaksikan jagoan2 saya beraksi di Liga Champions Eropa. Sayangnya, di Oz tidak ada siaran langsung EPL atau La Liga, jadi ritual nonton bola tiap malam minggu dan malam senin diganti dengan 'mantengin' livescore.com atau yahoo live matchcase untuk mendapat update terbaru skor pertandingan. Tapi kadang Saya masih kurang puas, karena banyak aksi2 pertandingan yang tak bisa saya saksikan. Akhirnya, youtube.com, metacafe.com dan uefa.com pun saya 'ubek-ubek' untuk cari highlights pertandingannya. Sekarang, Saya lagi senang 'cuap-cuap' di milis detiksport. Saya merasa senang karena di sana ketemu banyak orang yang senang berdiskusi sepakbola, utamanya lagi, Saya bisa puas mengekspresikan ketidaksukaan saya terhadap liga Italia dan timnas Italia..:p

Tapi semua itu masih kurang, saya ingin terlibat langsung! Maka jadilah tiap hari Sabtu dari pagi sampe sore Saya main sepakbola. Sabtu pagi bersama (mayoritas) rekan2 Indonesia di Caulfield Park, Sabtu sore bersama teman2 kuliah berbagai bangsa di Caulfield East Park atau tanah lapang sekitaran kampus. Sebagai catatan, kurun sebulan Saya bermain sepakbola di Oz, cidera engkel kaki kanan saya kambuh lagi. Karena di sini tidak ada nenek tersayang yang siap mengurut kaki saya, maka jasa physioterapist pun saya gunakan. Walhasil, uang $150 (Rp975.000) pun keluar dari kantong Saya.

Sayangnya, Saya terus merasa ketagihan. Saya ingin punya 'klub' sepakbola dan mengendalikannya. Lalu terlibatlah Saya di klub sepakbola maya di freekick.org dan hattrick.org. Untuk game yang disebut terakhir, Saya malahan terpilih jadi Moderator Conference-nya alias jadi orang nomor 2 dari lebih 1,550 pemilik klub sepakbola maya di Indonesia dan jadi satu dari sekitar 100 moderator dari hampir 1 juta users di seluruh dunia. Puas? belum, Saya lagi berjuang agar tim saya jadi kampiun di gim tersebut. Hmm..masih lama kayaknya sih, tapi Saya akan berusaha, heheh.

Kekecewaan karena jagoan Saya kalah di Piala Dunia 2006 lalu dari timnas yang tidak Saya suka, ternyata gagal melunturkan kegilaan saya pada olah raga sepak menyepak si kulit bundar ini. Parahnya, sekarang Saya berkhayal untuk menyaksikan anak Saya kelak bisa main di klub-klub ternama liga sepakbola dunia, sebuah impian yang jelas2 tidak adil, karena anaknya aja belum ada, eh...udah diharap2 bakal jadi olahragawan bola sepak.
Hmmm...rasanya kadar kegilaan dan ketagihan saya terhadap sepakbola sudah sangat kronis. Ada yang punya obatnya gak?

Tuesday, November 14, 2006

Terjual diRI (2)

Jika di-posting-an sebelumnya disini aku bercerita tentang kebun2 kelapa sawit yang bukan lagi milik kita. Maka obrolanku dengan rekan2 'bankir' yang sedang bersekolah di Monash, memberikan tambahan cerita pilu serupa.
***
Kaget. Itu ekspresi yang muncul dariku saat rekan2 'bankir' ku bercerita tentang kepemilikan asing di bank-bank swasta nasional. OK, aku pasrah disebut ignorance karena paling2 aku hanya fokus pada cerita bank2 plat merah milik pemerintah dan BCA yang didivestasi ke tangan konsorsium Farallon Capital. Sisanya? aku gak perhatikan sama sekali. Lalu tersebutlah nama2 investor asing penguasa mayoritas bank2 swasta nasional: Temasek di BII dan Danamon, Commerce Berhad di Niaga, Stanchart di Permata, serta Khazanah di Lippo plus Farallon di BCA!! Kok banyak amatt?? emberr!! Oke. Jika memang faktanya seperti itu, SWGL (So What Gitu Loch)??

Yang pertama, sebagai konsekuensi dari kepemilikan modal asing, maka bagian dari keuntungan yang didapat (dividen), tentu saja harus diberikan kepada si pemegang modal, dalam hal ini pihak2 asing di atas. Menurut rekan bankir-ku, satu tahun minimal Rp8 trilyun per bank uang dividen mengalir ke kantong pemodal asing.

Yang kedua, kepemilikan modal asing dikhawatirkan bisa membawa kepentingan negara lain ke dalam negeri. Salah satu contohnya adalah pemberian fasilitas kredit kepada grup asing tertentu dan 'melupakan' investor lokal.

Ketiga, ada ketakutan bahwa kontrol pemodal asing terhadap bank-bank swasta lokal akan ikut mempengaruhi pasar tenaga kerja. Dengan kata lain, tenaga kerja lokal dinomor duakan dan digantikan oleh tenaga kerja asing.

Selanjutnya, ada juga kekhawatiran munculnya motivasi 'keuntungan jangka pendek' di sini. Para pemodal asing membeli bank2 yang 'pingsan' saat krisis moneter tahun 1998 dengan harga super diskon. Saat bank2 tersebut sudah mulai membaik dan menunjukkan kinerjanya, maka para pemodal itu menjual saham bank2 tadi dengan harga yang lebih tinggi. Singkatnya, apa yang mereka lakukan hanyalah aksi profit taking jangka pendek belaka, tanpa ada komitmen untuk ikut berinvestasi dan membantu memperbaiki kinerja ekonomi Indonesia.
***
Kritik soal kebijakan privatisasi badan2 usaha negara oleh pemerintah memang tidak ada habisnya. Divestasi saham pemerintah di Indosat salah satunya. Saat ini pemerintah seperti 'menyesal' menjual porsi kepemilikannya ke Singtel dengan harga 'murah' sehingga saat ini pemerintah ingin membeli kembali (buy-back) saham tersebut. Padahal beberapa pengamat sudah banyak mengingatkan tentang arti strategis industri telekomunikasi dan Indosat.

Alangkah baiknya jika pemerintah melepas kepemilikannya di perusahaan di industri yang sifatnya non-strategis dan tidak memberikan keuntungan yang layak bagi pemerintah. Antara lain industri kereta api (PT INKA), perkapalan (PT PAL), pesawat terbang (PT DI) atau bahkan Garuda. Salah satu alasannya mungkin karena perusahaan tersebut terus menerus merugi jadi tak layak dijual. Lalu, kalo memang terus merugi, kenapa pemerintah harus mempertahankannya?

Debat tentang efektivitas privatisasi memang tak pernah kunjung berakhir. Yang satu dari sudut pandang ekonomi: atas nama efisiensi pengelolaan BUMN, penerimaan negara dan terbukanya kran investasi. Di sisi lain argumen politik dan kebangsaan atas nama kemandirian dan nasib bangsa.

Biarlah waktu yang menjawab. Akankah kita akan menjadi pengemis di negeri sendiri dan membiarkan bangsa kita dijajah lagi. Akankah terjual diri, terjual diRI.

Jalan itu masih panjang...

Hari yang melelahkan. Tapi gak sia-sia karena berhasil meyakinkan course director-ku tentang hak-hak yang aku punya. Memang masih harus menunggu persetujuan ketua jurusan dan juga hasil ujian 30 November nanti plus berharap nilai rerata total 2 semesterku adalah 70%.

Kemudian harus cari calon pembimbing, cari tema dan presentasi proposal di dewan penguji. Selanjutnya harus menghadapi AFX 4000 dan AFX 4010 di semester 3. Nilai minimal 70% juga harus aku dapat di dua mata kuliah itu. Perjalanan itu masih panjang...aku tak tahu di mana akan berakhir. Tapi yang pasti di titik ini mimpi itu telah dimulai. Dan demi menyelamatkan mimpi itu, aku akan melakukan apa saja...
Fight!

Saturday, November 04, 2006

Pengalaman Belajar di Oz (2): Dag Dig Dug Exam

Macem-macem sindrom yang aku alami sebelum ujian berlangsung. Dari yang gak bisa tidur, gak nafsu makan, mual2, sakit perut pengen ke toilet, kebelet pipis terus, sampai badan menggigil kedinginan karena grogi.
Selengkapnya

Thursday, November 02, 2006

9 days in Melben (2)

Day5
Pagi
Aku ujian dari pagi ampe siang hari. Deg2an...sebab ini ujian pertama di semester ini, sementara istri tinggal dulu di rumah (beberes, masak sayur lodeh dan gosok baju, hihihiih...tkw abiss..:p).
Siang
Sepulang ujian, agenda hari ini adalah jalan2 ke St. Kilda Beach dan Dockland. Tapi berhubung jarak keduanya agak berjauhan dan sedikit merepotkan jika dilakukan dalam waktu sehari, sementara malamnya mau ke Camberwell, akhirnya diputuskan, bahwa kami hanya akan mengunjungi Dockland aja. Kami ke Dockland via City Circle trem-yaitu trem antik yang dikhususkan untuk para pelancong guna mengeliling kawasan sentral kota Melben. Naik City Circle juga tidak dipungut bayaran, jadi pelancong kota Melben benar2 dimanjakan deh. Di sekitaran Dockland ada juga bbp bangunan menarik, antara lain kantor-nya Channel 7 Melben dan Telstra Dome. Di Dockland sendiri, kami sibuk berfoto2 ria, makan es krim dan jalan2 menyusuri pertokoan dan restoran sekitar dermaga. Siang itu, Dockland semakin cantik dengan adanya boat2 dan yacht2 yang diparkir di sekitarnya. Hmm...jadi pengen naik boat menyusuri Yarra...:)
Malam
Via Melbourne Central, kami meluncur ke Camberwell untuk makan malam. Istriku bilang kita seperti ke kawasan kampung bule, karena memang daerahnya penuh dipenuhi bangunan2 tua dan jalanan juga jauh dari kesan ramai perkotaan. Di Camberwell, kami makan di restoran Sofia ala Italia. Resto ini andalan kita2 kala menjamu tamu2 dari luar Melben. Karena, selain lezat, tempatnya nyaman dan porsinya gede2. Salad dan Chicken Polo Avocado-nya mantaff banget. Bikin haikk..karena porsi-nya memang cukup untuk 4-5 orang.

Photobucket - Video and Image HostingPhotobucket - Video and Image HostingPhotobucket - Video and Image Hosting
Kiri: Di sekitaran Channel 7 dan Telstra Dome, Tengah: Pose di tengah2 Dockland suit..suitt...Kanan: Camberwell, "kampung bule".
Day6
Hari Kamis. Tujuannya ke Great Ocean Road (GOR) seharian. Berangkat dari City jam 8 teng. Kebetulan kita ikutan paket tour China sehingga tour guide-nya berbahasa Mandarin (lebih murah 50% dari English tour). Dasar sial, tour guide-nya cerewet bangett...mana gak ngerti lagi bahasanya, huhuhu, perjalanan jadi terasa lama banget. Setelah sempat berhenti beberapa kali (antara lain ngisi bensin dan lunch di Apollo Bay) akhirnya kami tiba di Twelve Apostles (TA) sekitar jam 2 siang. Daya tarik utama GOR adalah hamparan batu2 coklat yang terbentang di lautan lepas. Jujur sih, pemandangannya memang keren abiss ...top dah! Selain TA (yang sebenarnya kalo aku hitung cuma ada 8, sisanya sudah hancur terkena abrasi) ada juga "The Razorback" (yang menurutku sih susunan bebatuan dan warnanya lebih kerena dari TA) dan "The London Bridge" (LB). LB ini semacam bebatuan yang menjorok ke laut gitu. Sayangnya sekarang udah patah jadi 2. Lucunya, seperti yang aku baca di sana, saat LB patah jadi 2 (tahun 1990), ada 2 turis yang terjebak di patahan yang di arah laut lepas. Akibatnya, mereka terjebak dan akhirnya diselamatkan dengan helikopter. Untungnya tidak ada turis yang jaruh tepat di LB yang runtuh itu, kalo enggak? beuhh..bakal terjun ke laut deh mereka. Seusai dari GOR, istriku mulai gak fit badannya, mungkin kecapekan dan badannya belum bisa beradaptasi dengan dinginnya Melben.

Photobucket - Video and Image HostingPhotobucket - Video and Image HostingPhotobucket - Video and Image Hosting

Day7
Pagi
Ini hari jalan2 bersama rekan2 Melbenian yang lain. Janjian di pagi hari dengan Mbak Arum untuk ke DFO (Direct Factory Outlet). Udah jelas kan, siapa yang mau belanja?? Heheh. DFO-nya lumayan seru, ada di daerah Cheltenham, naik Frankston line dari Caulfield sekitar 15 menit, terus nyambung naik bus ke arah Berwick sekitar 10 menit. Ternyata mbak Arum bukan hanya jadi guide, doi juga ikut kalap berbelanja. Hasilnya? tas dan sepatu jadi jinjingan dia di hari itu.
Siang
Selanjutnya, Mbak Arum ngajakin aku, istri dan Dr. Yanti buat lunch bareng. Tempatnya di Lygoon St. aka Little Italia. Restoran yang kita tuju adalah reso Mercadante khas Italia. Di sana ada lengkap properti berbau Italia termasuk Ferrari, timnas Italia en bendera tricolore. Menu spesial adalah Piza Coklat! weww...lezaatt abiss. Thanks banget buat mbak Arum yang udah traktir kita ampe kenyang, heheh
Sore
Jam 6 janjian ketemuan ama Mbak Syuli, rekan kami di EY Jakarta dulu, sekarang dia udah pindah ke EY Melben. Kita janjian di Melben Central, sambil minum coklat di Max Brener. Yummy...coklatnya enak, juga waffel-nya. Pelanggannya penuh jadi rame bangett. Btw, kalo ada modal, pengen juga nih invest franchise Max Brener di Jakarta siapa tahu bisa laku keras di sana dan mampu bersaing ama coffe stores yang udah ada, hehehe. Setelah ngobrol2 ngalor ngidul, akhirnya kita semua dianter Mbak Syuli ke rumah masing sekitar jam 9an. Thanks mbak. Sampai ketemu lagi.

Day 8
Sabtu. Akumulasi dari kecapekan dan cuaca dingin, membuat tkw-ku mulai demam tinggi, batuk dan pilek. Untung obat dari Dr. Yanti en OBH Combi favoritku, bisa meredam sakitnya. Alhasil, agak siangan sedikit, badannya sudah fit lagi. Begitu fit, udah minta jalan lagi deh, heheh. Akhirnya Chadstone shopping centre jadi tujuan kita. Selain melihat2 Borders dan food court2 ala mall bule, kita memutuskan buat nonton di Hoyts. Filmnya ada yang bagus lagi: "The Departed" by Jack Nicholson, DiCaprio en Matt Damon. Keren abiss!!! puas deh nonton filmnya, walaupun kita harus pulang sekitar jam 8an dan harus kedinginan nunggu bus (karena weekend, jadwal bus agak renggang, sekitar 30 menit sekali setelah jam 5 sore).

Day 9
Minggu. Saatnya si tkw buat pulang. Huhuhuh, sedih...untung pesawatnya agak sorean, jadi masih bisa pergi dari rumah agak siangan. Well...sampai ketemu lagi ya hun! I had a great time with you here.

9 days in Melben (1)

Day1
Pagi
Jemput istri di bandara. Agak telat, karena aku salah naik platform kereta, padahal udah standy-by di Cauflield station dari jam 5. Akhirnya nyampai di airport jam 7.30. Tunggu punya tunggu, ternyata si tkw baru muncul jam 8.30 an gitu, fiuh..untung, kirain aku terlambat jemput. Pas di bandara, cukup banyak orang2 yang jemput keluarga-nya, ada yang bawa tulisan "welcome home", boneka sampai buket bunga. Lha, aku bawain apa buat si tkw? seperti biasa, bermodal senyum manis dan pelukan hangat perjumpaan saja.
Siang
Siang jam 2an, aku dan tkw sudah beredar di Clayton market. 15 menit naik train dari Caulfield. Di sana, kami sibuk berbelanja buat keperluan lebaran plus bahan demonstrasi masak memasak istri selama seminggu di sini. Puas berbelanja, sekitar jam 4 kami berbenah untuk mas Rudi dan istri di city.
Malam
Kami janjian ketemu di restoran Nelayan, sekaligus berbuka puasa di-sana. Selesai makan malam, kami foto2 sembari menyusuri Swanston Street sampai Yarra Banks. Setelah puas ngobrol2 dan pose sana sini, sekitar pukul 9 kami pun berpisah.

Photobucket - Video and Image HostingPhotobucket - Video and Image HostingPhotobucket - Video and Image Hosting
Kiri: Di perempatan Flinders St, Tengah: Bersama Mas Rudi di Yarra Bank, Kanan: Lampu2nya keren...
Day 2
Pagi
Istri dah mulai sibuk masak2 buat persiapan lebaran esok hari (Day3), sementara jadwal pergi ke Philip Island sekitar pukul 1 siang. Aku sih nge-boss aja...:p
Siang
Sudah di bus menuju Philip Island. Agak sedikit melankolis, karena biasanya H-1 lebaran, aku sedang berada di perjalanan menuju Lampung buat mudik, tapi kemarin, aku naik bus buat jadi turis. Persinggahan pertama dalam perjalanan ke Philip Island adalah Mauru Fauna Park. Di-sana kita bisa lihat Koala, Kangguru, Wallabies, Emu, dan Wombat. Lebih istimewa lagi karena kita bisa kasih makan Kangguru dan Wallabies secara langsung. Istriku awalnya agak takut kasih makan ke mereka, tapi seterusnya dia jadi kegirangan, karena merasa "seleb" dikejar2 Kangguru dan Wallabies yang minta "snack" dari kita. Menjelang sore, kami mulai memasuki kawasan Philip Island (pantai-nya keren banget, apalagi sekitar kawasan San Remo, macam Anyer gitu sih, tapi yang ini lebih eksotis). Di San Remo kami juga singgah sebentar di sebuah pantai (lupa namanya) lalu menuju ke "the Nobbies" untuk melihat anjing laut dan burung2 camar. The Nobbies ini keren bangett...kita bisa lihat anjing laut dari kejauhan dengan latar belakang 2 batu karang besar, via teropong, sekaligus juga melihat burung2 camar berterbangan dari sarangnya. Tapi awas! mereka gemar "nge-bom" sesuka hati plus bersuka cita nyamber makanan yang ada di tangan para pengunjung.
Malam
Menuju lokasi Penguin Parade-nya (ini sebenarnya inti kunjungan ke Philip Island). Brrr...udara dingin udah mulai terasa. Tapi gak sia2 kok, karena penguinnya lucu2 (biarpun2 tdk sebesar penguin kutub yg biasa kita lihat di TV). Tapi ya maaf, kalo lihat penguin parade-nya di sekitar pantai, dinginnya gak ketulungan banget. Enakan juga di-backstage, gak terlalu dingin dan bisa melihat penguinnya pulang ke sarang dengan lebih dekat.

Photobucket - Video and Image HostingPhotobucket - Video and Image HostingPhotobucket - Video and Image Hosting
Kiri: Sok Akrab ama The Roos ,Tengah: Koala-nya lagi bobo-cakarnya ngeriii..., Kanan: mini penguin..
Day3
Pagi
Lebaran!! kami shalat Ied di kampus Monash Clayton. Mumpung ada istri, aku sekalian BYO (bring your own) ke sana: sambel goreng daging ala tkw spore!, hehe. Biarpun mayoritas makanan di sana kue2 (bukan makanan berat), ternyata sambel goreng daging istriku tetep aja ludesss...selamat ya hun, launcing "dapur ira"-nya sukses. Semoga yang makan gak sakit perut...:p
Siang
Saatnya bersilaturahmi ke rekan2 student. Antara lain berkunjung ke rumah pak Eko, student PhD dan bu Diana, rekan APSku, sisanya udah ketemu langsung pas shalat Ied, heheh.
Malam
Baru sempet deh makan sayur opor. Gak lupa juga tele2 keluarga di Indonesia untuk mengucapkan selamat hari raya Iedul Fitri.

Photobucket - Video and Image HostingPhotobucket - Video and Image HostingPhotobucket - Video and Image Hosting
Kiri: pose brsma 'KH' Ali Formen,khatib shalat Ied, Tengah: Air mancur di Mateson Lib, Kanan: bergaya with Dr Yanti & Budi (2-2nya dr Ponti tuh..)
Day4
Pagi-Siang-Malam
Praktis gak ke mana2, karena aku harus belajar buat ujian (iya, belajarnya sehari sebelum ujian alias cramming, hehehe) sementara istri sibuk demonstrasi di dapur (antara lain bikin tahu isi dan tempe mendoan, juga bikin oseng2 marinara..lezaatt). Cerita day 4-9 berlanjut di-seri 2, heheh.