Sejak kecil, kita semua memiliki cita-cita. Sejak kecil pula, kita sudah belajar bekerja keras guna menggapai impian. Menjelang dewasa, terkadang cita-cita di masa kecil kita akan larut menghilang ditelan waktu. Karena memang saat kita dewasa kita sudah belajar untuk lebih realistis menatap kerasnya dunia. Tidak heran bila orang dewasa cenderung menjadi berhati-hati (jika tidak mau disebut pesimis) dibandingkan dengan anak2 kecil.
Namun sekarang ini kita tidak akan berbicara panjang lebar mengenai perbedaan antara anak kecil dan orang dewasa memandang cita-cita. Kita sekarang akan berbicara mengenai pilihan hidup, pilihan jiwa dan pilihan akal sehat seseorang.
Adalah Gaizka...lajang yang hampir berusia seperempat abad, yang menggugah aku untuk berpikir kembali tentang makna hidup.
Bagi Gaizka, hidup adalah sebuah perjuangan untuk menggapai bara asa. Bagi Gaizka, setiap tarikan nafasnya di dunia ia dedikasikan untuk sebuah perubahan kehidupan. Gaizka pula yang selalu bersikeras untuk melaju menapaki jalan terja; yang ia yakini sebagai jalannya. Mengapa kehendaknya begitu keras? Argumen Gaizka cukup jelas, “hidup cuma sekali mas!”. Kalo hidup yang cuma sekali ini dihias dengan warna yang biasa-biasa saja, maka namamu akan hilang ditiup angin, lenyap tak berbekas, begitu ujarnya. Manusia hidup di dunia bukan untuk numpang lewat..tapi manusia hidup untuk menjadi manfaat bagi semua orang. Itu hakiki manusia bagi Gaizka.
Kontan aku menukas; “Aduh Gaizka, banyak orang yang gak pusing2 kok hidupnya. Masuk kantor pagi, pulang sore, malam berkumpul bersama keluarga, jalan2 bersama keluarga di akhir pekan dan sebagainya”. Cari duit sana-sini, demi beli rumah, motor, mobil, emas atau cari istri baru kalo bisa, tambahku. Ngapain berpikir perubahan, ngapain berpikir tentang kesejahteraan manusia, ngapain repot-repot mikirin ketidakadilan. Enakan diam di rumah. Heheheeh
Sekali lagi Gaizka menggeleng..
Dengan bibir sedikit bergetar Gaizka berucap; “Ada orang yang dilahirkan bukan untuk hidup tenang dan lurus”. “Ada orang yang dilahirkan memang untuk membuat sebuah perubahan, melindungi orang-orang yang tertindas, membela mereka yang kehilangan haknya. Ada orang yang garis tangannya memang untuk berpikir bagaimana memerangi kejahatan dan kesewenangan-wenangan. “Maka, jika Aku memilih jalanku yang terjal dan berbatu, itu bukan kehendakku, tapi aku memang dilahirkan untuk itu, jelas Gaizka.
Sekali ini aku terdiam..
Aku hanya bisa mengehela nafas dan pelan-pelan mengamini kalimat-kalimatnya..Benakku pun melayang. Aku yakin, masih banyak “Gaizka-Gaizka” yang lain, yang tak kalah hebat keyakinan akan jalan yang mereka pilih.
Jikalau, suatu waktu engkau bertemu mereka, hanya satu pesanku....jangan pernah salahkan mereka…Jangan pernah salahkan Gaizka…
7Dalam 155A 10.24
No comments:
Post a Comment