Saturday, July 22, 2006

Hello Goodbye!

Ruang dan Waktu; 2 hal yang manusia belum dapat menaklukkannya, kita hanya bisa menjinakkannya untuk sesaat.
***
Setelah kurang lebih 25 hari berduaan, kini saatnya kami harus berpisah. Berat rasa memang, tapi penggalan jalan ini memang harus dilalui dengan sabar dan tabah. Indahnya kebersamaan yang kami lalui, menjadi bara semangat untuk membakar asa guna menghadapi waktu-waktu ke depan.

Semaju apapun peradaban umat, hingga saat ini manusia tak kunjung mampu menaklukkan perbedaan ruang dan waktu. Mereka hanya bisa menjinakkannya lewat fasilitas canggih yang terus diperbarui. Tak mungkin rasanya kita berada di ruang dan waktu yang berbeda secara bersamaan. Terima kasih banyak untuk benda canggih bernama pesawat terbang, teknologi luar biasa bernama internet dan telefon, serta secarik kertas bernama paspor. Dengan itu semua, aku bisa sekedar melepas rindu dengan istri tersayang, berbagi cerita, doa dan harapan.

Keterpisahan ini hanyalah sebuah rangakaian cerita indah, bukan sebuah cerita sedih macam lagu 'bad day'-nya Daniel Powter yang kerap kau dendangkan. Perbedaan ruang dan waktu ini pasti kaya akan hikmah. Mungkin dengan ini, kita bisa menjadi pribadi yang kuat dan sabar. Tambahan lagi kalo sudah lama berpisah terus kemudian bertemu, tentunya rasa kasih dan sayangnya akan beda...jadi gimana gitu, hehehe. Intinya, teruslah bersykur dan memahami hikmah ini semua.

Kelak, guratan cerita ini akan bisa kita bagi dengan senyuman tulus. Bercerita bahwa di ujung horizon sana terbentang sebuah kebudayaan yang bisa kita pelajari, bahwa di atas batasan langit biru terbentang kisah peradaban yang bisa kita nikmati.
Saat mentari merayap pulang atau saat pagi menjelang, akan selalu kuingat hangat senyumanmu yang selalu membuat bintang-bintang menari-nari indah. Walau dalam imaji, semua itu cukup mengobati rindu ini. Untuk sesaat, mari kuatkan hati...sambil mengucap.."Hello Goodbye..."

Friday, July 21, 2006

Siap 'Perang'

Barusan baca artikel Jose Mourinho si manajer Chelsea di detik yang menyatakan bahwa timnya siap 'perang' di musim liga yang baru. Dengan PD-nya si Mourinho sekalian berkata bahwa gaya model rambutnya yang baru (cepak ala tentara) adalah 'bagian' dari kesiapan dalam 'perang' di semua ajang kompetisi yang diikuti Chelsea.


Secara kebetulan, kemarin baru aja aku potong rambut, lepas dari gaya 'gondes' yang selama ini dianut. Untuk pertama kalinya, gaya rambut pendek 1 cm aku pilih sebagai bagian dari 'kaul' atas suksesnya semester 1 kuliahku. Dan kalo diperhatikan, potongan rambutku sekarang jelas2 mirip banget sama potongannya si Mourinho. Jadi, siap 'perang' juga nih menghadapi semester 2 perkuliahan? hehehe. Gak tahu ahh..soalnya aku masih sering males buat belajar..:p


Photobucket - Video and Image HostingPhotobucket - Video and Image Hosting

Manajer Sadigol FC di hattrick.org vs Manajer Chelsea di English Priemer League

Tempat Yang Paling Indah

Di manakah tempat yang paling indah? sebuah pertanyaan yang sulit untuk dijawab sekaligus sulit untuk menggapainya.
***
Apakah Brastagi, tempat nan elok dan sejuk di Sumatera Utara yang pernah aku kunjungi tahun 2002 lampau? apakah Gorontalo dan Manado yang aku datangi di akhir tahun 2003? Goronto-Manado sendiri aku digapai melalui jalan Trans Sulawesi nan spektakuler, karena diapit oleh pegunungan dan laut Sulawesi. Apakah Pontianak, kota sungai yang memiliki monumen Equator yang aku kunjungi tahun 2004 lalu? Apakah Nabire yang juga aku kunjungi di tahun 2004? kota di tanah Papua yang sempat terguncang gempa dengan segala kesederahanaan dan keterbatasan fasilitasnya?

Atau Bali? yang aku kunjungi tepat di-saat Tsunami Aceh 26 Desember 2004? Atau Tana Toraja? dengan bukit-bukit yang mengapit hijau tanah persawahan plus pemakaman kuno Londa nan legendaris itu? Atau mungkin kota Makassar yang terlihat anggun dengan penataan ulang Pantai Losari di pusat kotanya? Hmm..atau mungkin Yogyakarta? dengan segala romantisme, keunikana spiritual dan senyum ramah warganya?

Atau mungkin Pulau Sentosa Singapura dengan magical fountains dan keangkuhan tower Merlion-nya? Atau Petronas Twin Tower KL? atau kawasan pemerintahan megah Malaysia bernama Putrajaya? mungkin Melbourne? dengan sapaan angin dingin khas pesisir selatan Australia? dengan gemerlap cahaya lampu disekitaran Yarra River dan Dock Land di kala senja?

Sayangnya tempat2 di atas bukanlah tempat yang paling indah bagiku. Dengan apa yang kita miliki sebagai mahluk yang bernyawa, tempat yang paling indah bagiku adalah tempat di mana manusianya memiliki HATI yang bersih, JIWA yang tenang dan SENYUM yang tulus. Hati yang bersih, jauh dari kebencian dan niatan tercela. Jiwa yang tenang adalah jiwa yang senantiasa bersyukur atas segala apa yang didapat jauh, dari ambisi buta dan kenikmatan semu duniawi. Senyum yang tulus adalah wakil dari nurani penuh kasih yang mendambakan persahabatan tanpa pamrih.

Tempat paling indah itu bukan di-peta wisata, bukan pula di sudut dunia yang aku kunjungi. Tempat yang paling indah itu ada di diri kita sendiri. Akh, ingin sekali aku mencapai tempat paling indah itu. Meminjam perkataan Homer Simpson di salah satu episode The Simpson: "...dengan hati yang bersih dan jiwa yang tulus, kita tidak membutuhkan surga, karena kita sendiri sudah berada di dalamnya...".

* Tulisan ini untuk keangkuhan dan pragmatisme Singapura serta untuk keramahan KL .

Wednesday, July 19, 2006

Virus

Banyak cerita di kepala, segudang kisah di lidah dan luapan pengalaman di hati. Tapi apa daya 'virus' malas tampaknya makin deras saja menggelayut di tubuhku. Tapi kalo dipikir2 ya masih wajar karena aku masih dalam suasana liburan, walaupun di kampus masa perkuliahan telah dimulai, hehehe.

Ya inilah salah satu kelemahanku, sering tak kuasa melawan rasa malas. Sebelum bercerita tentang banyaknya tantangan yang dihadapi, lagi2 tantangan terbesar adalah menaklukkan diri sendiri. Ughh...

Kalo saja 'virus' malas ini bisa mendengar...ingin aku berteriak...pergi jauh kau dari tubuhku, aku ingin berbuat sesuatu selain berkompromi dengan kemalasan ini.

Wednesday, July 12, 2006

Lolos dari Lubang Jarum

Nilai akademik di Aussie terdiri dari 5 grades: N Fail (0-49), P Pass (50-59), C Credit (60-69), D Distinction (70-79) dan HD High Distinction (80-100). Aku tidak butuh D atau HD, yang aku butuh adalah P untuk 4 subject yang aku ambil semester ini, alias lulus semuanya!
***
SMS yang aku tunggu2 dari kampus akhirnya datang juga ke handphone-ku.
+61427042290: my.monash: S1 result: AFF4013 HD 85; AFF4040 P 59; AFF4230 C 67; AFF4271 D 72.

Alhamdulillah, perjuangan belajar 6 bulan full di semester satu kuliahku terbayar dengan harga yang pantas. 'Momok' yang aku takuti yaitu AF 4040 atau Advanced Investment subject, akhirnya berhasil aku lewati (dapat P dengan skor 'cuma' 59). Ya Allah, terima kasih atas segala kemudahan dan kebaikan yang engkau curahkan. Dengan demikian aku boleh lanjut minimal 1 semester lagi. Subhanallah....
Kalo diperhatikan, nilai ujianku lumayan unik. Hasilnya lengkap semua; ada 1 HD, 1 D, 1 C dan 1 P, what a coincidence! Ngomong2, ehemm, untuk subject Financial Reporting and Statement Analysis, aku dapat HD lohh, lumayanlah untuk anak debutan semester 1...:p

Namun demikian beberapa rekanku ternyata, tidaklah seberuntung aku. Minimal 1 rekan AusAid dan 1 rekan private student dari Indonesia, failed di salah satu subject di-atas. Bener2, aku lolos dari lubang jarum..gak bisa berkata-kata, degup jantung masih berdetak cepat.

Terima kasih buat istriku yang terus berdoa dan tak henti-hentinya memompa semangatku. Buat keluargaku di Indonesia dan tentunya buat sahabat2ku yang selalu setia berbagi doa denganku atau sekedar berkomentar di-blog ini. Aku cuma lelaki kecil yang menenteng impian di pundak-ku. Kalian semualah yang membuatku mampu melewati semuanya. Terima kasih dan sampai jumpa di semester 2,heheh.

Saturday, July 08, 2006

Superman balik lagi

Fantastic Four, X-men, Spiderman, Wonder Woman, Cat Woman dan Batman sudah beraksi memikat perhatian para moviegoers. Nah, sekarang si superhero dari planet Kripton datang mengunjungi kita. Saat tiket seharga S$8 sudah ditangan dan jam menunjukan saatnya waktu pertunjukan dimulai, setidaknya aku punya 2 pertanyaanku yang inginnya bisa dijawab oleh film produksi WB ini, pertama masihkah aksi-aksi si jagoan membosankan dan yang kedua, apa kabar hubungan cinta si pahlawan Marvel komik itu dengan si Louis Lane.
***
Untuk pertanyaan yang pertama, jawabannya adalah masih membosankan. Maksudnya si jagoan ini masihlah terlalu tangguh bagi lawan-lawannya. Kecepatan terbangnya (selayaknya meteor jatuh), kekuatannya yang luar biasa (kapal terbang 'nyungsep' bisa ditahan oleh doi), kekebalan tubuhnya (peluru aja rontok) sampai ke tiupan hawa dinginnya (guna menjinakkan api), masih terhitung luar biasa buat ditandingi oleh kriminal2 kelas teri. Lawannya kali inipun 'cuma' Lex Luthor yang notabene hanya manusia biasa yang bermodalkan pengetahuan akan kelemahan si manusia besi pada cryptonite.

Untuk pertanyaan kedua, sedikit banyak lebih bisa dijawab dengan jawaban yang memuaskan, kendati hubungan kedua rekan kerja ini tetaplah tarik ulur. Di sequel ini, Louis Lane diceritakan sudah menikah dan telah memiliki anak, tapi tetep aja si Superman (juga Clark tentunya) tak bisa memendam memendam hasrat cintanya pada si Louis. Di setting ini, sangat terlihat sisi manusiawi si jagoan kolor merah, yang tak melulu berperang melawan kejahatan tetapi juga mulai sibuk dengan perjuangannya mendapatkan cinta Louis dan berusaha beradaptasi dengan perubahan yang ada. Kalo dilihat2 konflik ini mirip dengan konflik yang dihadapi si jagoan bertopeng laba-laba (Spiderman), yang sejatinya adalah pecundang di sisi kehidupan 'manusianya'. Sebagai catatan, 'pecundangnya' Spiderman di dunia manusia-nya ini, dinilai sebagai kunci larisnya jualan film Spiderman where a savior can be hero or a zero in the same direction.

Kalo 2 pertanyaanku sudah terjawab, lalu masihkah film ini menyimpan kejutan, untuk sekedar membuat kita tidak menyesal untuk memelototinya?. Jawabannya YA! (menurutku) film ini memuat sebuah kejutan besar bagi Anda! Sepanjang 154 menit Anda akan dibawa kepada sebuah plot cerita yang mengejutkan. Sebuah kejutan yang sangat berani menurutku, karena (mungkin) akan mempengaruhi jalan cerita si sayap merah ini dikemudian hari. Note: sebagai tambahan, istriku dan temannya tidak habis2nya membahas 'kejutan' ini; dasar wanita..:p

Jadi?
Menurutku, Superman edisi kali ini hanyalah sekedar sebuah nostalgia di mana Superman yang telah lama menghilang kembali datang lagi ke bumi. Sesuai judulnya, Superman Returns, sequel kali ini menurutku hanya sebagai sebuah umpan kecil untuk seri berikutnya yang (dipercaya) lebih heboh dan menjanjikan. Nah, jika Anda yang ingin bernostalgia bersama si kolor merah plus mengetahui kejutan besar yang aku sebutkan sebelumnya, bisa dikatakan OKElah untuk menengok film ini. Tambahan lagi, tampang Superman kali ini gak kalah keren dengan pemeran seri2 sebelumnya (apalagi waktu jadi Clark, kyk di foto). So, segera buruan ngantri dan siap2lah 'terbang' bersama si 'bapak' superhero (!).

Photobucket - Video and Image Hosting

The World Diving Championship

Kombinasi dari kesedihan akan tersingkirnya jagoan2ku di Piala Dunia, banyaknya keputusan wasit yang kontroversial plus aksi diving pemain2 yang makin merajalela, menyadarkan aku bahwa sepakbola HANYALAH sebuah permainan!
***
Australia tersingkir karena penalti Francesco Totti di menit 92(!), hasil dari 'jatuhnya' Fabio Grosso yang menabrakkan dirinya ke Lucas Neill saat sedang sliding mencoba menahan pergerakan bek kiri Italia tersebut. Spanyol tersingkir karena gol Patrick Viera via tendangan bebas Zidane hasil dari 'pelanggaran' Puyol yang 'dituduh' mengahadang pergerakan Henry (Puyol 'melabrak' dada Henry, tapi secara dramatis Henry memegangi mukanya). Portugal tersingkir dari penalti Zidane hasil dari 'jatuhnya' Henry yang secara minimalis disentuh ujung sepatu Carvalho di dalam kotak penalti. Di babak penyisihan grup, Tunisia 'terbunuh' peluangnya oleh penalti Shevachenko, hasil dari apa yang disebut pelanggaran terhadap yang bersangkutan. Padahal terlihat jelas ditayangan ulang, kalo Sheva, terjatuh karena 'keserimpet' kakinya sendiri!

Sebagian aksi diving atau simulation (aksi berpura2 terkena pelanggaran demi mendapatkan tendangan bebas/penalti) di atas, membuat John Dykes, pembawa acara sepakbola ESPN Asia menyebut Piala Dunia 2006 sebagai The World Diving Championship. Ia berkomentar bahwa para pemain memanfaatkan keterbatasan wasit dalam mengawasi pertandingan dengan cara 'berakting' di lapangan demi mendapatkan keuntungan bagi timnya. Kelakuan para pemain tersebut jelas bertentangan dengan semangat FIFA yang selalu mengkampanyekan slogan My game is fair play plus usungan bendera kuning di setiap awal laga yang bertuliskan Fair Play.

Teriakan keras dari para pengamat pun bermunculan, salah satunya dari Franz Beckenbauer, ketua penyelenggara Piala Dunia 2006, yang mengusulkan diadakannya suatu pertemuan khusus untuk membahas aksi diving para pemain tersebut. Entah, apa yang akan mereka bahas, tapi yang pasti diving sudah jadi satu masalah yang menggangu the beautiful game ini. Diving membuat sebuah pertandingan jadi tidak enak ditonton, karena wasit sibuk meniup pluitnya tiap ada aksi pelanggaran pura-pura tersebut. Belum lagi kesedihan tiada tara atau emosi meluap2 karena kekalahan akibat diving seperti contoh2 yang aku paparkan di-atas.

Mungkin tidak ada salahnya jika kita sedikit menengok kultur Liga Primer Inggris yang terbiasa bermain fair, antara lain dengan mengharamkan diving dan menjadikan body charge sebagai bagian dari sepakbola. Liga Inggris, para pemain akan dicemooh jika mereka kerap melakukan diving, bahkan oleh supporternya sendiri. Contoh ini bisa dilihat pada diri Didier Drogba yang sering di-boo oleh supporter Chelsea karena sering diving dan gampang jatuh. Bahkan di sekitar 1990an Klinsmann (pelatih timnas Jerman sekarang) sempat ditolak supporter Tottenham Hotspur untuk bergabung ke tim kota London tersebut, gara2 kegemaran-nya diving (salah satunya penyebab penalti Jerman ke gawang Argentina di Final Piala Dunia 1990).

Kembali ke Piala Dunia 2006. Kecerdasan Argentina dalam bermain passing game, permainan speed & power Ghana dan Pantai Gading, sepakbola era baru Jerman dan lenggak lenggok si legenda hidup Zidane, tak mampu menolong Piala Dunia, yang aku sebut sebagai Piala Dunia terburuk sepanjang 5 Piala Dunia yang aku tonton (mulai 1990). Final belum lagi digelar. Tapi bagiku, Piala Dunia ini sudah berakhir dan menjadi sesuatu yang harus segera dihapus dari ingatan. Sekarang saatnya kembali menjalani hidup yang normal. No more football, at least for the next 6 months.

Photobucket - Video and Image Hosting

Belacan

Salah satu kelemahan orang Indonesia di perantauan negeri orang adalah tak tahan akan rindunya masakan kampung halaman. Dan itu terjadi padaku.
***
Perbedaan antara Melbourne dan Singapore dari segi 'keberadaan' bahan2 masak adalah: di Melben gampang dapat bumbu2 masakan termasuk bumbu2 jadi (krn banyak Indo groceries kyk Mix atau Laguna) TAPI sangat sulit buat cari bahan2 masakan ala Indonesia (kalopun ada harganya selangit), seperti: rampai, terong, pare, tempe, sawi2an, kacang panjang dll. Sementara di Spore, segala macam bahan2 masakan, gampang didapat (krn itu kan makanan orang Asia), TAPI, cari bumbu2 ala Indonesia, sulitnya setengah modar.

Dalam rangka membangkitkan selera makanku dan juga membahagiakan istri, sesampainya di Spore, pengen rasanya bikin sambel2an (sambel mentah dan sambel goang). Dan tentu saja bahan yang terpenting dalam bikin sambel2 itu adalah terasi bukan? iya, yang baunya sedap luar biasa itu lohh, heheh. Dengan semangat aku hunting bumbu 'maut' bernama terasi itu, yang dalam bahasa Inggris beristilah shrimp paste. Di sebuah supermarket, akhirnya aku dapatkan shrimp paste tsb dalam kemasan botol plastik.

Saat ingin beraksi membikin sambal mentah (plus ayam goreng, nyamm2..), ternyata 'performa" shrimp paste tersebut sangat mengecewakan. Karena terasi dalam botol plastik itu lebih berbentuk pasta cair bukan terasi tradisional yang biasanya berbentuk batangan lembut (?). Akhirnya harapan untuk membikin sambah mentah pake terasi nan lezat pun sirna, karena terasi yang aku beli tidak sesuai harapan.

Pantang menyerah, keesokan hari, akhirnya aku berusaha mendapatkan terasi yang cocok. Aku hunting ke wet market dekat apartemen. Di sana, setelah menjelaskan ngalor ngidul (plus bahasa tarzan) soal terasi yang aku inginkan kepada penjaga toko, akhirnya sampailah kami pada satu kata Melayu yang merujuk pada terasi: BELACAN!. Yess, akhirnya bahan penting yang aku cari2 itu pun aku dapatkan. Belacan a.k.a shrimp paste a.k.a terasi, itu pun segera aku campur untuk bikin sambel goang nan lezat buat sarapan pagi. Hasilnya? luar biasaaa lezaat...istri tambah sayang, perut kenyang, rindu kampung halaman terobati.
Salam sambal belacan.

* Setelah itu aku jadi doyan masak bersama belacan, salah satunya adalah beli bumbu tumis kangkung belacan. Seger sih terutama buat tumis2an gitu, tapi lama2 istri jadi protes karena bosen semua serba belacan, termasuk dapur yang jadi bau belacan kalo bikin tumis dan sambel. Halahhh, padahal cuek aja, asal jangan badan kita jadi bau belacan aja..:p

Monday, July 03, 2006

Orchard, Dago dan Malioboro

Tempat yang pertama kali dituju setelah Saya mendarat di negeri Singa ini, tidak lain dan tidak bukan adalah Orchard road. Di jalan ini banyak sekali tempat belanja, super mall, coffee shop, hotel, sampai gedung perkantoran yang membuat kita punya banyak pilihan untuk memuaskan kesenangan kita. Orchard sudah menjadi sebuah mantra bagi warga Singapore dan para turis pendatang yang ingin mendapatkan sensasi belanja, window shopping, strolling, sampai sekedar kongkow2 biasa.
***
Jika Orchard adalah jalan yang penuh mall plus segala pernak-perniknya, yang intinya kita bisa mendapatkan sensasi belanja dan cuci mata, maka jangan salahkan Saya jika lantas membandingkan jalan legendaris Singapore ini dengan jalan Dago (Bandung) dan jalan Malioboro (Yogya). Menurut saya, ketiganya memiliki kesamaan baik dari segi fungsi dan penataannya (yang sepakat tunjuk tangan..??). Bahkan menurut otak tempe saya, Dago dan Malioboro memiliki sentuhan kekhasan yang magical dibandingkan Orchard. Apa itu? nuansa tradisional yang tidak tergerus oleh modernitas mall2 dan pusat perbelanjaan yang ada. Di Dago, kita masih menjumpai orang jual jagung rebus asam manis plus rumah makan Sunda dengan alunan musik Supis (Sunda pisan..:p). Lebih2 lagi di Malioboro, di mana kita bisa menikmati ajlug2an naik delman (yangg ternyata Melbourne juga meniru gaya ini, makanya di sekitaran Elizabeth & Bourke St. ada kereta kuda mirip delman, cuma kudanya memang segede2 gajah, dibanding kuda jawa yang kurus kurang makan), plus lesehan "mahal"-nya. Di Dago malahan, kita bisa mendapatkan barang2 kualitas oke+orisinil produksi dalam negeri, sementara di Maliboro, kita bisa mendapatkan barang2 etnik yang cute dan berkualitas tinggi. Maka sudah sepantasnya kita juga bangga bahwa kita pernah pergi ke Dago dan Malioboro yang notabene kurang lebih sama sensasinya dengan tempat wisata belanja legendaris bernama Orchard road. Kalo ada perbedaan, paling hanya beda tipis, karena Dago dan Malioboro di negeri Nusantara, sementara Orchard ada di negeri Singa galak.
***
Pesan dari cerita ini, dan juga banyak cerita lain2nya tentang Singapura adalah tentang seberapa pintar kita menjual barang dagangan. Seperti komentar ayah yang kaya di buku "Rich Dad Poor Dad" karya RT Kiyosaki, tentang Mc. Donald...
"Banyak orang di dunia ini, orang yang mampu membuat burger jauh lebih enak dari Mc. Donald, tetapi tidak ada orang di dunia ini yang mampu menjualnya lebih baik dari Mc. Donald."
Dalam konteks Orchard (dan juga Singapura), pemerintahnya mampu "menjajakan"pulau kecil dan nyempil ini menjadi sebuah kawasan punya magnet luar biasa bagi warga seluruh dunia. Well, sambil menjinjing tas belanjaan, saya menggumam.."Duh senangnya, sambil berlibur Saya tetap bisa memetik pelajaran berharga.."
Salam jualan!