Sunday, September 09, 2007

Merenungi Sikap Tetangga Serumpun Kita

Rame-rame tentang perlakuan kurang ajar Malaysia terhadap wasit Indonesia beberapa waktu lalu ternyata masih membekas di benak saya. Hal ini tak mengherankan, karena sudah beberapa kali Malaysia membikin jengkel bangsa Indonesia dengan ulahnya yang semena-mena. Lihat saja kasus penyerobotan pulau Sipadan dan Ligitan, klaim sepihak pulau Ambalat, kasus penganiayaan TKI di sana, pengusiran sepihak TKI ilegal sampai pembalakan liar di perbatasan RI-Malaysia. Lalu, kalo sudah begini apa yang mesti kita lakukan sebagai pembalasan terhadap Malaysia?

Ada beragam versi. Teman-teman karateka dan ormas kepemudaan, memilih melakukan demo di Kedubes Malaysia dan melakukan sweeping terhadap warga Malaysia. Komunitas dunia internet Indonesia memilih melakukan penyerangan terhadap berbagai situs Malaysia dengan cara mengubah tampilan situs-situs tersebut (deface) menjadi kecaman –kecaman terhadap Malaysia. Para penggemar sepakbola di tanah air, melanjutkan demonstrasi terhadap Astro TV – perusahaan TV kabel milik Malaysia yang memonopoli hak siar Liga Inggris di tanah air. Sementara para pengamat bidang ekonomi bisnis, menyerukan boikot terhadap bisnis-bisnis Malaysia di Indonesia, antara lain: Excelcomindo (via Khasanah Nasional), Bank Niaga (via Commerce Berhad), Bank Lippo (juga via Khasanah Nasional) serta sektor agribisnis melalui bendera Group Guthrie Malaysia.

Efektifkah tindakan-tindakan pembalasan di atas? Untuk aksi demo saya sepakat, ini utk menunjukkan bahwa kita peduli terhadap nasib rekan sebangsa. Sayangnya, demo anti Malaysia ini kalah populer dibandingkan demo-demo solidaritas Palestina atau anti Israel misalnya. Apakah ini bukti bahwa kita lebih peduli pada bangsa asing dibandingkan bangsa sendiri? Untuk masalah sweeping jelas ini merugikan, karena menunjukkan kita bangsa yang anarkis. Untuk masalah deface, ini okelah, karena efeknya juga tidak terlalu parah, kecuali tampilan situs yang berubah. Lagian ini bisa menujukkan bahwa bangsa yang disebut “Indon” ini juga melek teknologi dunia maya. Untuk masalah pemboikotan bisnis Malaysia, saya juga agak ragu. Hal ini tidak lebih karena masalah kepraktisan saja. Jika anda sudah berlanggan XL, masak harus ganti nomor telefon, kan bikin repot. Sementara bagi anda yang merupakan nasabah Bank Niaga dan Bank Lippo, masak harus memindah dananya ke bank lain? Efek yang lebih jauh lagi, perusahaan-perusahaan tersebut juga mempekerjakan banyak tenaga kerja lokal, jadi perlu dipikirkan juga nasib mereka.

Terus ngapain dong? Menurut saya, untuk sementara ini tidak usalah kita terlalu sibuk melakukan banyak aksi yang aneh-aneh. Lebih baik kita rajin-rajin berdoa saja. Supaya pemimpin bangsa kita diberi kekuatan dalam mengatasi segala masalah yang ada, sekaligus mampu membangun bangsa yang lebih maju dan stabil. Ini penting, karena semakin maju bangsa kita, semakin kecil kemungkinan bangsa kita dilecehkan oleh bangsa lain. Semoga.

No comments: