Thursday, August 16, 2007

Salah Asuhan

Selamat malam ibu pertiwi. Esok tampaknya aku absen dari upacara bendera di Konjen. Tahun lalu kesiangan, tahun ini malas. Tapi jangan buru2 bilang kalo aku tidak patriotik loh. Buktinya, aku selalu bernyanyi kencang kala lagu Indonesia Raya diperdengarkan sebelum timnas Indonesia berlaga di Piala Asia Juni lalu. Aku juga selalu menjawab dengan antusias kala teman-teman asingku bertanya kewarganegaraanku. Selalu, aku selalu bernada optimis setiap kali aku bercerita tentang negeriku. Tidak hanya itu, sampai saat ini, aku juga masih hafal dengan 5 sila di Pancasila kita dan juga aku masih hafal nama2 ibukota provinsi di Indonesia. Tak lupa, aku juga masih ingat siapa itu Thomas Matulessy, Sultan Ageng Tirtayasa sampai kepada nama-nama 7 pahlawan revolusi.

Namun, bukan kemudian aku bersih dari sifat-sifat yang tidak nasionalis. Kalo mau jujur, aku bisa dibilang anak ibu pertiwi yang salah asuh. Kenapa salah asuh? karena sedikit banyak aku tidak menjalankan amanat ibu pertiwi. Aku pergi sekolah mengembara ke negeri seberang dengan doa dan ketulusan ibu pertiwi. Pake iming2 dan stempel dari ibu pertiwi. Tapi apa daya aku memilih menjadi seorang pengecut - sama pengecutnya seperti Belanda yang menangkap Pangeran Diponegoro dengan dalih mengadakan pertemuan damai.

Aku datang lewat jalur terpilih berbekal harapan tinggi ibu pertiwi agar aku kelak bisa membawa ilmu berharga bagi anak bangsa. Tapi...
Aku memilih mengurungku diriku di kamar, asyik berbincang dengan egoku sendiri. Aku memilih pada orientasi belajar semu, mencari nilai dan bukan pencarian ilmu. Aku sibuk dengan dogma lama, duduk, dengar dan catat, itu juga kalo aku bawa catatan...selebihnya aku lebih senang berbicara dengan internet. Aku juga kerap meminjam tugas-tugas semester lalu dari rekan sejawatku. Harapannya, aku bisa dapat gambaran dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Kenyataannya, aku menjadi sangat bergantung pada contoh-contoh tersebut, aku memilih memasung imajinasi dan kreativitasku.

Aku juga senang jalan-jalan mengagumi keindahan negeri seberang ini. Kalo hasilnya bagus, aku gemar memamerkannya kepada rekan-rekanku. Berharap ada sebuah kata pujian akan kesuksesan. Aku bahkan kerap menabung uang demi bisa berkeliling banyak negara. Aku punya beribu dalih, kapan lagi bisa begini? Aku kerap alpa, bahwa tugasku hakikiku adalah belajar, belajar dan belajar - yang kemudian aku ganti dengan bekerja, bekerja dan bekerja. Aku lupa bahwa teman setiaku seharusnya buku, diskusi akademik dan perpustakaan. Alih-alih, teman setiaku saat ini adalah ambisi, pragmatisme dan apologi.

Langkahku di negeri seberang ini tinggal hitungan bulan saja, sulit bagiku menyadari semuanya. Terlambat bagiku mengubah sesuatu. Maaf karena mengecewakanmu. Dulu aku sempat berpikir, kenapa anak bangsa tak kunjung maju, sementara banyak orang terpilih yang bisa berangkat menimba ilmu ke negeri seberang? Sebagian jawaban pertanyaan itu sudah kudapatkan sekarang. Karena mungkin banyak orang-orang seperti aku - salah asuhan - di mana-mana.
Dirgahayu Republik Indonesia. Bangunlah badannya bangunlah Jiwanya....untuk Indonesia Raya!

5 comments:

Rudyland said...

Tidak ada kata terlambat tot..
maju terus. Sebuah otokritik yang bagus, semoga menambah semangatku disaat orang-orang disekelilingku pada stumbling down.

Gatoso said...

Trims pak Rudy. Otokritik terkadang sangat penting, supaya kita kita mengoreksi diri sendiri menuju hal yang lebih baik^^ Cheers.

Ria said...

Skr gw udah gak selancar dulu mengingat pancasila :p. Lantas apa gw menjadi gak nasionalis?
Kejadian kemarin PP di jember (kalo gk salah) melakukan "sweeping" terhadap org2 yg gak apal pancasila. Alasannya itu berkaitan dgn moral bangsa kita yg makin bobrok. Padahal gak ada relevansinya kan antara moral yg bobrok dgn tingkat hapalan. Bukankah yg lebih penting itu aplikasinya...
Sorry jd ngelindur hehe. Berhubung udh capek disini ngedengerin orang yg jago berteori doang :p. Btw gimana gilang? Syafakallah ya...

Gatoso said...

Hehe, thanks comment-nya neng Ria. Ya gak lah, masak gara2 gak hafal pancasila terus di-sweeping? katrok itu sih namanya^^
Gua sih setuju dengan komentar ek konjen melben bbp waktu lalu, NASIONALISME itu ada di HATI....pembuktiannya ya dengan perbuatan, hehehe. Nah mari kita awali dengan hal yang simpel: PAKAILAH PRODUK2 DALAM NEGERI...ato produk2 yang pabriknya ada di Indonesia. Antara lain PT UNILEVER, heheheh..

Anonymous said...

Lanjut saja langsung ke S3 Bob... :).. Nanggung Euuy..