Wednesday, August 16, 2006

Masih (Selalu) Merah Putih

.......Tanah airku tidak kulupakan, kan terkenang selama hidupku,
Biarpun Saya, pergi jauh tidak kan hilang dari kalbu, tanahku yang kucintai......engkau kuhargai. (Tanah Airku-Ibu Soed).
***
Cerita negatif selalu mewarnai pemberitaan tentang bangsaku. Jika tidak negatif, pemberitaannya tentu seputar kesedihan anak2 bangsa yang ditimpa bencana alam. Lalu, seperti tak mau kalah dengan trend dunia secara keseluruhan, negeriku juga kerap dilanda ledakan bom dan terorisme. Anak2 bangsa juga kerap bertikai atas nama kepentingan sekelompok golongan yang ingin memerdekakan diri. Hasilnya sudah bisa ditebak, rakyat kecil yang jadi korban, ceceran darah mereka terus menggenang.

Nilai2 dasar bangsa yang dulu gemar gotong royong, musyawarah untuk mufakat, kemanusiaan yang adil dan beradab serta keadilan sosial telah tererosi oleh nilai2 pragmatisme, individualisme dan materialisme. Pranata2 sosial dan kepantasan umum yang biasa berlaku telah berganti dengan gaya barat yang permisif, hedonis dan asosial. Bisa dibilang bangsa kita krisis identitas dan nilai.

Keprihatinan kita tidak berhenti di situ saja. Di bidang ekonomi, eksplorasi mineral yang tdk memperhatikan lingkungan, memakan banyak korban. Penggundulan dan kebakaran hutan, banjir dan tanah longsor hingga 'Lula' (lumpur Lapindo) yang membuat Sidoarjo menjadi 'the truly Kuala Lumpur'. Pendidikan kita juga setali tiga uang, bopeng di-sana sini. Gedung sekolah ambruk, biaya sekolah membumbung tinggi, gaji guru yang minim sampai kegagalan anak didik di UN yang sebenarnya hanya mensyaratkan nilai minimal 4 untuk lulus!
***
Ironi di atas, akan tetapi, bukanlah sebuah cerita yang harus terus diratapi. Keprihatinan tersebut bukanlah sebuah tembok tinggi yang lantas menghambat jalan kita. Kita masih punya harapan! Harapan akan masa depan yang lebih baik. Harapan akan kepemimpinan Indonesia yang lebih bertanggung jawab dan memikirkan kepentingan rakyat banyak. Harapan itu terbentang dari sudut barat Aceh hingga pelosok timur Papua, dari mata hati dan nurani rakyat yang terdalam.

Harapan itu ada dipundak kita semua. Generasi yang mengalami manisnya perputaran roda modernisasi dan reformasi hingga getirnya krisis ekonomi dan rentetan bencana. Saatnya untuk kita menapak maju dan mengambil peran. Tidak perlu peran yang menyilaukan, peran kecil yag positif dan konsisten, sudahlah cukup untuk membawa bangsa kita menuju ke arah yang lebih baik. Mungkin kita bisa terinspirasi dari sosok Irvin Museng, yang kini sedang menimba ilmu di Ajax Amsterdam, atau tim TOFI yang mengharumkan nama bangsa di ajang fisika dunia, atau mungkin Anggun yang terus berkibar di dunia tarik suara Eropa. Siapa tahu kita bisa berbuat sesuatu kepada bangsa seperti mereka.

61 tahun negeriku. Aku masih (selalu) merah putih, masih tetap memendam hasrat untuk kemajuan negeri dan anak bangsa. Dirgahayu Republikku tercinta!

No comments: