Tuesday, February 07, 2006

Australia Day

Image hosting by Photobucket
Bemo udah jadi barang antik tuh....


Alasan Aussie Day
Kuliah di Aussie bukan berarti bahwa aku akan menghabiskan waktuku untuk melulu belajar dan belajar. Ada kalanya juga perlu untuk menjadi turis partikelir. Itulah yang aku lakukan pada tanggal 26 Januari 2006 yang lalu. Bagi bangsa Australia, tanggal 26 Januari diperingati sebagai Australia Day atau semacam hari kemerdekaan di Indonesia. Namun demikian, Australia tidak pernah mengenal hari kemerdekaan karena mereka bukanlah berasal dari bangsa yang lepas dari penjajahan. Lalu mengapa tanggal 26 Januari? Menurut sejarah, pada tanggal 26 Januari 1788, rombongan koloni pertama dari Inggris tiba di Australia. Rombongan tersebut terdiri dari 11 kapal dan membawa kurang lebih 1500 orang, setengahnya adalah convicts (narapidana).

Berangkat
Kembali ke perayaan Australia Day, seperti halnya hari kemerdekaan di negara lain, Australia Day adalah public holiday. Aku sudah bersiap-siap dari pagi untuk melihat perayaan ini di City. Sebagai tambahan, aku sebut di City, karena aku tinggal di sub-urban yaitu Clayton, kayak di Depok gitu deh, kira-kira 40 menit perjalanan dengan train. Berbeda dengan aku, rekan-rekanku yang lainnya tidak terlalu bersemangat untuk melihat perayaan tersebu, alasannya menurut ramalan cuaca, suhu di Melbourne akan mencapai 40-42 derajat celcius. Selain itu, karena public holiday, transport menuju City akan sedikit jarang dibandingkan dengan hari biasa. Pada akhirnya mereka akan kecewa, karena perayaannya seru dan heboh, kendati memang perkiraan cuaca benar, Melbourne panas luar biasa pada hari itu. But it’s worth to go to the celebration rather than staye at home.

Telat nyampenya Di Balaikota
Aku berangkat agak kesiangan, karena hari Rabu-nya habis bermain sepakbola bersama rekan-rekan student dari China. Aku berangkat dari rumah pukul 10.20. Baru dapat bus menuju Clayton Train Station pada pukul 11.00. Walhasil, aku baru sampai di City pukul 12 kurang. Ternyata, di pagi hari, ada semacam upacara di Balaikota (“Australia Day Flag Raising Ceremony”), lumayan rame kata temanku, yang kemudian dilanjutkan dengan acara karnaval kota (“Australia Day People’s March”) antara jam 11 – 12. Lumayan rame pesertanya. Selain warga Australia, juga ada warga asing yang tinggal di kota ini, seperti Arab, India, Srilanka, China, termasuk Indonesia. Karnaval selesai sekitar pukul 12.30, jadi aku masih kebagian nonton karnavalnya.

Kings Domain Garden
Setelah bergabung bareng beberapa rekan2 students Monash dan Melbourne Uni yang ketemu di sana, kami melanjutkan perjalanan menuju Kings Domain Garden. Di mana ada beberapa perayaan seru di sana yaitu: ‘Australia Day Picnic and Historic Vehicle Display” , “26 ers Birthday Cake Cutting”, sayangnya pas aku ke sana, acaranya sebagian belum di mulai, jadi akhirnya kita ubah haluan menuju Government House, yaitu tempat ngantornya Governor Victoria (tapi dia ini bukan Head of State, melainkan hanya perpanjangan tangan dari Governor General di tingkat National – yang kayak fungsi Gubernur di Indonesia itu disebut dengan Premier – lain waktu bakal diceritakan deh tentang system politik di Aussie). Governor house-nya benar2 classic dan classy deh. Lumayan seru juga mengelilinginya. Sayangnya, karena itu udah tengah hari, bertepatan dengan jadwal lunch, perut udah gak bisa diajak kompromi barang sebentar. Tapi, aku masih sempat menikmati es krim sambil duduk di taman government house sebelum akhirnya kita makan siang di Restoran Nelayan (Resto Indonesia) di dekat Bourke Street.

Waterfront City, Docklands
Selesai makan siang kurang lebih pukul 15.30, matahari lagi tinggi-tingginya tuh. Rasanya badan lemas dan haus terus, tapi tekad membara buat jalan2 lihat perayaan membuat tubuhku kembali segar dan bersemangat. Akhirnya diputuskan bahwa kita bakalan jalan ke Waterfront City, Docklands, tempat “The Melbourne International Dragon Boa Festival”, “Australian Offshore Powerboats” dan “Boating Victoria Motor Cruiser Rally”. Semuanya gratis buat kita nikmati. Di tengah terik mentari, kita akhirnya sampai di Docklands. Menurut teman seniorku dari Melbourne Uni, sebenarnya Docklands, yang terlihat seperti pelabuhan itu, tidak lain dan tidak bukan hanyalah pangkalan sungai belaka. Sungainya juga adalah Sungai Yarra yang memang sengaja dibendung untuk membikin “pelabuhan ala Melbourne”. Di Docklands ini konsep Waterfront City benar-benar diterapkan di mana selain “pelabuhan” juga didirikan berbagai restoran pinggir sungai, mall dan juga hotel.
Aku sangat menikmati Docklands, hingga waktu pukul 18.00 “memaksa” kami untuk pulang terlebih dahulu ke tempat temanku di Brunswick guna menunaikan shalat dan beristirahat barang sebentar, sebelum malamnya (pukul 21.15), melihat pesta kembang api di Federation Square.

Fireworks di Federation Square
Setelah berisitrahat sejenak di Brunswick, pukul 20.40, kami bergegas menuju Federation Square via Train. Sampai di Flinders Station (yang nota bene bersebrangan dengan Fe. Square), suasana malam sudah berubah menjadi hiruk pikuk dengan masyarakat Melbourne yang ingin menyaksikan “Fireworks Shows”. Setengah berlari kami langsung menuju Federation Square, namun menurut informasi dari orang2 di sana, pertunjukannya akan lebih bagus jika dilihat dari sudut Northbank-nya Yarra River. Tidak mau ambil risiko kehilangan momen, kami segera menuju Northbank yang memang telah penuh dengan orang-orang. Selang 2 menit setelah tiba di Northbank, suara gemuruh kembang api pun terdengar…wawww…kami tepat berada di bawah kembang api tersebut!! Suaranya keras dan memekakkan telinga, namun pemandangan kembang api itu sangatt indah dan “magical”…sayang buat dilewatkan. Pertunjukan tersebut terdiri dari 2 titik satu di Federation Square sebelah Utara dan satu lagi di sebelah Selatan. Saking dekatnya dengan kembang api, bubuk2 kembang api itu terasa jatuh di badan kami, wuuuiihh….tambah seru aja sensasinya…fireworks shows-nya berlansung kurang lebih selama 10 menit dan konon menghabiskan biaya 500,000 dollar Aussie atau setara dengan 3,5 milyar rupiah!!!

Menyusuri Yarra River di Waktu Malam
Selesai melihat fireworks shows, kami menikmati sebentar keindahan Sungai Yarra di waktu malam, yang mana di sungai tersebut banyak restaurant terapung, berwarna-warni lampunya, sambil berlalu lalang, sungguh pemandangan yang indah. Tidak lupa pula pengamen2 bule menarik perhatian pejalan kaki dengan lagu2 yang melanutkan jiwa. Juga ada street artist yang melukis jalur pedestrian dengan lukisan2 yang menarik…wooww..benar2 kayak di luar negeri, hehehe.

Crown & Total Fire Ban
Jam di tanganku menunjukkan pukul 22. Atas side salah seorang teman, kami berniat menuju Yarra Southbank tepatnya ke Crown, sebuah kasino di Melbourne yang berfungsi juga sebagai tempat hiburan dan wisata. Menurutku temanku, setiap 1 jam sekali di waktu malam, di sana ada penyalaan api di kalderon, hampir layaknya api di pembukaan pesta-pesta olah raga bangsa-bangsa.
Namun demikian, sampai dengan pukul 22.30, api tidak juga kunjung menyala, setelah kami tanyakan ke petugas sekuriti di sekitar Crown, ia mengatakan bahwa penyalaan api malam itu dilakukan karena ada “Total Fire Ban” dari Victoria Government. Ini dikarenakan suhu yang mencapai 40 derajat, sehingga dilarang menyalakan api di tempat terbuka sepanjang hari, untuk mencega terjadinya kebakaran.

Fireworks di Docklands dar Kejauhan
Dengan sedikit kecewa kami akhirnya beranjak pergi dan menuju kawasan Docklands, daerah di mana siang/sore tadi kami menyaksikan Dragon Boat Festival. Tujuan kami ke Docklands adalah menyaksikan pertunjukan kembang api yang kedua, yang menurut brosur acara, akan diselenggarakan pada pukul 23. Sayangnya saat kami dalam perjalanan, sekitar pukul 22.45, pesta kembang api sudah dimulai, akhirnya, kami hanya bisa melihat pesta kembang api di Docklands dari kejauhan saja, tepatnya dari Spencer Street Station. Hmmm….kalah keren sih dari yang di Federation square, tapi tak apa, yang penting, kami masih bisa menyaksikannya dari kejauhan…^_^


“Java Chip” Cofee
Petualangan kami di hari itu akhirnya ditutup dengan minum kopi di Starbuck dekat Elizabeth Street. Sambil menyeruput “Java Chip” kami menikmati keindahan Melbourne di waktu malam. Oya, harga segelas "Java Chip" Starbuck ukuran Medium, harga A$5.20. 1A$=7,000, itung aja sendiri harganya dibandingkan dengan harga di Indonesia, hehehe.

Pesta telah usai, banyak kesan yang didapat…aku jadi teringat 17 Agustusan di Indonesia…well, kita juga gak kalah serunya kok..mungkin perlu sedikit tambahan sentuhan di sana-sini, maka 17 Agustusan kita, gak kalah dengan Australia Day, hehehe..
See you next year!!

For my Aussie Day Photo:

http://pg.photos.yahoo.com/ph/gatot_soepriyanto/album?.dir=e281&.src=ph&store=&prodid=&.done=http%3a//photos.yahoo.com/ph//my_photos

No comments: