Titik Awal, Titik Nadir, Titik Balik, Titik Kritis, Titik Harapan dan Titik-Titik
Titik, sejatinya adalah komponen penting bagi sebuah catatan panjang setiap mahluk yang bernafas. Tanpa titik tentu tidak akan pernah ada garis. Tanpa titik tentu tidak akan pernah ada awalan guna membentuk sesuatu pola. Lebih jauh lagi, tanpa titik maka suatu kalimat atau pernyataan tidak akan pernah berhenti pula. Namun demikian, jangan pernah Anda membandingkan Titik-titik tadi dengan Titi Kamal apalagi Titi DJ dan Titi Qadarsih….secara mereka berbeda haluan.
Kembali ke masalah titik…
Begitu pula dengan perjalanan getaran kakiku dalam 1 tahun terakhir ini, selalu penuh dengan titik perjuangan dan pencarian. Sejujurnya, tidak ada yang istimewa, karena memang aku hanya pejuang kecil kehidupan. Namun demikian, untuk diriku, penggalan titik perjuangan tersebut, sangat penting untuk sekedar dituangkan dalam baris-baris renungan paragraph. Sehingga kelak, seiring dengan waktu yang terus berputar, mungkin titik-titik yang aku lalui ini akan membuat aku tersenyum dan tertawa (atau bahkan menangis), tatkala aku membuka kembali lembaran cerita tersebut. Yuk kita mulaiii…
Titik awal.
Titik awal ceritaku di mulai di tahun 2005. Titik awal di tahun 2005 tersebut, dimulai dengan semangat resolusi untuk lebih “ofensif” dalam mencari peluang beasiswa, kemanapun itu…dengan catatan ke “English Speaking Country”. Semangat tersebut terlihat klise dan standar, namun disadari atau tidak resolusi tadi ternyata telah mampu menjadi sebuah energi yang tidak pernah habis untuk mencapai kesuksesan di tahun 2005.
Titik Nadir
Berangkat dengan semangat yang membumbung tinggi di awal tahun 2005, lewat sebuah proses perenungan yang tak terlalu panjang, aku pun berpindah organisasi (baca: pindah tempat kerja), dari B ke C. Layaknya takdir yang telah ditulis oleh Sang Maha Kuasa, perpindahan ini serasa lancar dan sesuai dengan yang aku rencanakan. Nama besar kedua organisasi tersebut aku harapkan kelak dapat menarik perhatian para sponsor beasiswa. Namun demikian, harapan terkadang tidak terlalu sesuai dengan kenyataan. Periode April – Oktober 2005, selama aku di C, adalah periode penuh perjuangan dan boleh disebut penderitaan. Bukan hanya tipe pekerjaan dan organisasinya yang berbeda, namun juga tuntutan, beban kerja dan kerumitan birokrasi juga harapan yang disandangkan di pundakku terlampau berat untuk aku pikul. Periode titik nadir ini sangat tidak mudah aku lalui, tidak beda seperti periode tahun 2002-2003 di mana aku masih perusahaan angkutan publik A. Belajar dari pengalaman yang lalu-lalu, aku berusaha tegar untuk menghadapi tantangan di C ini. Aku juga berkeyakinan bahwa di balik kesusahan pasti ada kemudahan, di balik kesulitan pasti ada kelancaran. Lagian dari waktu ke waktu, aku mulai bisa beradaptasi dengan situasi yang ada. Namun tetap saja, tekad yang kuat dan doa terus aku panjatkan agar aku dapat menguak peluang untuk “melarikan diri” secara elegan dari C.
Titik Balik
Titik balik ini aku alami saat aku tengah merenung di “religious center” organsisi C, orang mungkin menyebutnya pengalaman spiritual, namun aku menyebutnya renungan saja, lebih cocok rasanya. Kembali ke renungan tadi, entah mengapa, saat itu, aku tiba2 terpikir untuk mengambil kursus IELTS di IALF selepas bekerja di kantor. Sudah menjadi rahasia umum, jika bahasa Inggrisku memang agak2 minim. Hasil renungan itu kemudian aku amini, karena memang itu termasuk dalam salah satu strategiku untuk “ofensif”. Tambahan lagi, supervisorku di kantor sedang berlibur ke Nairobi selama 1 bulan, “ini kesempatan yang tidak boleh dibuang percuma”, ujarku dalam hati. Mulai periode Juli – Agustus 2005 aku pun kursus IELTS, dengan investasi kurang lebih 2,5 juta selama 1 bulan, belum termasuk ongkos transport lohh. Dalam periode tersebut, titik balik di tahun 2005 itupun hadir…informasi tentang beasiswa ke Aussie dari APS (Australian Partnership Scholarship) aku dapatkan– thanks to Ms. H, my officemate who informed it to me. Lewat perjuangan dan pergulatan yang panjang (terlalu panjang jika harus dimasukkan dalam cerita ini, termasuk ada rekan kursusku di IALF yang menunjukkan beberapa tips guna masuk dari shortlist APS, temanku ini pada akhirnya juga mendapatkan beasiswa, sebut saja Mr. Ich), akhirnya aku pun memasukkan application untuk beasiswa tersebut. Syukur Alhamdulillah, sekitar bulan Oktober, aku mendapatkan berita bahwa aku berhasil melalui tes beasiswa tersebut (cerita mengenai lika-liku tes, akan disampaikan di cerita terpisah). Sebuah kisah klasik yang indah dan tak akan terlupa. Bukan semata-mata karena aku akan mendapat kesempatan untuk sekolah lagi dan pergi ke luar negeri, melainkan menjadi sebuah kemenangan akan keyakinan bahwa seberapapun tinggi mimpi yang kita miliki, jika kita selalu berusaha untuk menggapainya, maka kita pun akan berhasil meraihnya. Impossible is NOTHING, mate!
Titik Kritis
Seperti tulisan Paulo Coelho di novelnya “The Alchemist”, jika keinginan sudah ditekadkan dengan bulat, maka isi seluruh jagat raya akan bersatu untuk membantu mencapainya. Itu semua karena semua orang memiliki “personal legend” yaitu suatu tujuan dalam hidup yang ingin dicapai – dengan kata lain jalan menuju takdir. Berkaitan dengan itu, titik kritis dalam perjalanan hidupku-pun aku lalui dengan jalan yang terasa lancar dan mengalir bagai air. Titik kritis yang aku maksud adalah menikah. Kata sakti dan sakral juga rumit itu seperti tidak terasa simpel di depanku. Sadar bahwa momentum kepergianku ke Australia harus segera dimanfaatkan, aku pun mengambil keputusan untuk segera menikah. Alhamdulillah, semuanya serba dilancarkan dan dimudahkan, tepatnya tanggal 17 Desember 2005, aku pun menikah dengan “Fatimah”. Semua proses dicapai dalam waktu kurang lebih 30 hari, mulai dari lamaran, persiapan, sibuk-sibuk sampai dengan pesta. Lebih membanggakan lagi, semuanya kami urus sendiri dan menggunakan uang dari keringat kami sendiri. Tidak perlu mewah dan mahal memang, tapi yang terpenting adalah mengumpulkan keluarga, kerabat dan sahabat untuk mendoakan kami. Selesai…^_^.
Titik Harapan
Pesta telah usai, kini saatnya menyongsong fajar baru kehidupan. Saatnya untuk melukis titik fajar harapan yang baru. Ayunan langkah pertama adalah memulai petualangan ke dunia baru yang penuh tantangan: AUSTRALIA. Berangkat ke Aussie, bukanlah seperti parade gagah-gagahan, melainkan lebih kepada sebuah tantangan dan amanat. Di sana aku akan belajar banyak hal, tidak hanya mengenai materi kuliah namun juga tentang aspek bahasa, budaya, lingkungan, tata pemerintahan, interaksi sosial dan banyak hal lagi.
Jika ditanya bagaimana rasanya, maka yang ada hanyalah perasaan takut, waswas dan cemas. Hanya impian besar dan semangat tinggi untuk hidup di bawah langit dan di atas bumi selain Indonesia sajalah, yang terus membuatku bertahan. Sampai di satu titik, aku benar-benar telah berpijak di belahan bumi lain, yang bahkan sampai saat ini masih terasa bagaikan mimpi.
Lebih jauh lagi, tidak hanya berhenti sampai di masalah studi, di mana titik harapan aku goreskan, selain itu juga ada titik harapan lain, yaitu sebuah kebersamaan hidup. Sebuah peleburan jiwa, hati dan impian. Bukan sebuah beban dan onak kebingungan melainkan sebuah tantangan dan riak keriangan. Sesulit apapun, aku yakin titik harapan ini akan berujung pada sebuah titik optimum (bukan maksimum apalagi minimum) kehidupan….
Titik-Titik…….
Sampai akhir napasnya, seorang manusia tidak akan pernah berhenti menggoreskan tinta cerita di lembar nafas perjuangan hidupnya. Hanya Tuhan yang dimana titik itu akan berhenti dan beranjut di lembaran nafas yang baru. Ketika titik itu belum akan berhenti, titik-titik ceritaku akan terus bergulir dan bergaris. Masih banyak kerja dan teka-teki hidup yang harus di-lalui. Menyitir lirik soundtrack “Gie”,……….” tak kan pernah berhenti berjuang…..pecahkan teka teki malam…….menjawab semua keresahan yang membentang…….”. Kini, aku sedang merangkai titik-titik itu, hanya waktu yang akan menentukan akan menjadi apa titik-titik itu. Sampai waktunya, semua akan diceritakan kembali, dengan penuh perasaan rendah hati, semoga bisa menjadi pelajaran, semangat dan rengkuhan asa bagi diriku dan mungkin orang lain.
Selalu berjuang..!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment