Tuesday, April 11, 2006

Atas Nama Kebangsaan...


Kontroversi tentang pengelolaan Blok Cepu begitu menghangat beberapa waktu lalu. Ada 2 kutub pendapat dalam perdebatan tersebut. Satu kutub, menyerahkan pengelolaan blok Cepu kepada Exxon, perusahaan minyak dari Angmerika atas nama efisiensi, produktivitas dan keuntungan yang lebih besar. Panglima dari pendapat ini adalah Pemerintah RI sendiri. Kutub yang kedua berisi penolakan atas Exxon/perusahaan minyak asing yang ingin mengelola blok Cepu. Menurut mereka dengan kandungan minyak yang luar biasa besar, akan lebih baik jika blok tersebut dikelola oleh Pertamina saja, sekaligus membangun perusahaan minyak negara itu menjadi perusahaan yang kuat. Isunya jelas nasionalisme dan kemandirian. Pionir dari kutub kedua ini adalah Kwik Kian Gie dan para aktivis2 anti kebijakan pro-barat. Nah, berikut ini ada sebuah puisi MENYENTUH HATI tentang blok Cepu yang aku dapat dari sebuah milis. Membaca puisi ini membikin jiwa kebangsaanku nelangsa...walaupun harus diakui bahwa tulisan Rizal M begitu argumentatif. Sayang aku belum punya waktu untuk mengikuti kasus ini. Nah, kalo jiwa kebangsaanku meringis saat membaca puisi ini, bagaimana dengan Anda?
------------------------------------------------------------------------------------------------ -------
Puisi di bawah adalah "interferensi dan interupsi" untuk "keindahan
argumen Rizal" dalam membungkus "peluh rakyat".
==========================================================
Blok Cepu, Mission Accomplished
Oleh Rizal Mallarangeng
Kesepakatan Blok Cepu adalah sebuah prestasi tersendiri dalam sejarah
perminyakan Indonesia. Seharusnya kita merayakan keberhasilan itu dan
kemudian memikirkan bagaimana potensi penghasilan tambahan yang
cukup besar bagi negara dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi
kesejahteraan rakyat. Selengkapnya bisa dilihat di http://mediacare.blogspot.com/2006/03/rizal-mallarangeng-blok-cepu-mission.html
..........
===========================================================
Selamat datang imperialisme baru
mari-mari duduk dan makanlah di negeri kami
akan kami sediakan budak-budak dari bangsa kami
akan kami sediakan tanah-tanah kami
akan kami sediakan air kami

bila masih belum cukup minumlah darah dan keringat rakyat kami yang kurus kerontang
bila belum cukup minumlah air susu ibu kami hingga berupa darah

kenyangkan perut tuan
kenyangkan perut tuan
dan mari menari di atas tubuh kerontang ibunda kami

Tak usah khawatir dengan suara berisik rakyat kami
sebab hanya sedekah sesuap nasi mereka diam
Jangan khawatir dengan suara keras para demonstran
karena dengan sedekah recehan mereka diam
sambil memasang topeng

Tak usah bingung dengan suara berisik LSM
sebab dengan demokrasi mulut mereka bisa disumpal
sebab dengan recehan dana donor mereka teriak demokrasi yang sama
seperti yang tuan mau

Mari tuan jangan bimbang
Senayan tidak bakal menggoyahkan kita
Sebab mereka adalah para tikus senayan
Menggertak supaya mendapat uang lebih banyak
Undang mereka bersantap bersama kita
maka semua akan mudah diatur kalau perlu mereka akan sibuk menggelar
sidang-sidang yang memuluskan perjalanan tuan

Ahh tuan jangan ambil pusing dengan aktivis
Sebab mereka lebih pandai bertengkar
Dan enggan bersalaman bersama kawannya
Mereka lebih sibuk bertengkar ketimbang mengurus kita...ha..ha

Mari tuan kenyangkan perut tuan
Menarilah di atas bangkai ibu kami

poetry timoer

No comments: